Takluk

Akan kupaksa rasaku untuk terbenam. 

Tak sepantasnya aku melibatkan kamu pada rencana-rencana besar di hidupku, ya? Baiklah. Aku bisa menyimpulkan bahwa puncak paling cinta adalah kehilangan. Sejak pertama kita bersitatap, aku mencintai matamu yang lembayung seperti membius membuatku bisu, denyut-denyutku kian berdentum. Debarku? Berirama tak beraturan.

Sayang,

Tak seimbang. Aku merasakannya sendirian.

Mungkin, ada ruang di hatimu yang tak bisa kubuka. Kamu membiarkannya terkunci karena bukan aku pemilik kunci itu.

Lantas, mengapa di bawah langit yang telanjang aku kerap merapal namamu?



Comments