Peran Utama

Si rupawan yang sedikit kata itu sedang sering-seringnya berceloteh bahwa dirinya akan bertualang entah kemana. Tiap kutanya kemana, dia akan menjawab "bertualang kemana, ya?". Pengalihan. Sebaiknya dia tak perlu balik bertanya kejelasan pertanyaanku. Aku memaknainya sebagai kepergian dan aku tak bisa ikut dengannya. Aku ingin merengek seperti anak kecil yang tak mau ditinggal pergi. Sayang, aku bukan lagi anak kecil.

Aku ingin melarikan diri dari kenyataan ini.

Ketika dia memutuskan untuk bertualang, aku hanya akan bereaksi dengan helaan napas yang jauh lebih berat, jauh lebih menyakitkan. Karena aku merasa petualangannya kali ini akan menjadi akhir dari tokoh yang selalu kujadikan peran utama.

Bukan salah semesta yang telah menghadirkannya. Bukan salah si manusia sedikit kata juga. Tidak ada yang salah dalam cerita ini, selain diriku. 

Salah mataku karena menunjukan tatap tak rela melihat kepergian. Salah kakiku karena terbiasa denganmu. Salah hatiku karena... Ah, sudahlah.

Tidak masalah kalau dia ingin menemani jalannya seseorang, meski seseorang itu bukan aku. Jika kata-kataku benar, pergilah. Aku akan kembali mengosongkan diriku. Aku sudah terbiasa meniti hari-hari dengan awalan yang begitu-begitu saja.

Jauh sebelum kamu pergi, ada yang ingin ku sampaikan.

"Tadinya, aku ingin berdua dengan seseorang yang meski bumi berputar milyaran kali, ia tetap ada. Seseorang yang jemarinya bukan hanya bisa ku sentuh, tapi ku genggam sekalian untuk berjalan jauh-jauh dari kesepian. Dan aku ingin orang itu kamu."




Comments