Semesta...
Seseorang telah menjengukku dengan kalimat yang tak terlalu panjang, dia hanya bilang bahwa aku tak perlu berhenti pada mimpi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, pada aksara yang hampir menjadi setengah dari waktuku. Alphabetku sempat berhamburan menyatu dengan kegundahan karena cela orang yang menilai tulisanku sangat buruk. Kau tau siapa yang mencelaku itu? Dia adalah Raja dan Ratu yang sudah lebih dulu berkarya, yang kesibukannya bermanfaat. Mereka bersikap baik pada pelayan-pelayannya.
Sayang, yang kumaksud adalah sebaliknya.
Para pelayan tersiksa karena mereka hanya diberi makan bangkai manusia. Sama seperti yang dimakan Raja dan Ratu.
Sudahlah. Aku tidak akan peduli pada kehidupan mereka. Toh, mereka yang memilih untuk hidup yang demikian.
Seseorang dengan wujud yang nyata berbisik, "Biarlah, otak mereka terlalu dangkal untuk memahami isi kepala penulis." Lantas, aku merasa hidupku tertolong karenanya. Aku ingin masuk dalam dunianya, tak ingin bergeser meski hanya sedetik saja. Dia... Selalu melihatku dengan cara yang baik.
Aku merasa pintu-pintu yang selama ini terkunci, terbuka kembali.
Semesta,
Sampaikan terima kasihku pada seseorang yang kubilang ini, ya? Dia pasti membaca tulisanku, tapi aku mau kamu menyampaikannya dengan cara yang lebih manis. Caraku terlalu hambar, mungkin dia takkan suka.
Oh, ya...
Sampaikan juga bahwa aku bersyukur dipertemukan dengannya.
Semesta,
Kamu jangan membuatnya terluka, ya?
Comments
Post a Comment