Dihantam Rasa

Pada waktu-waktu yang masih menjadi rahasia-Nya, aku selalu bertanya akankah aku bisa sampai pada kerutan panjang di keningnya? Meninggalkan jejak-jejak yang ingin kusembunyikan pada mata dan bibirnya. Aku yakin ketika dengannya cinta akan lebih menenangkan. Sekali mengungkapkan, habislah tubuh didera kebahagiaan.

Tapi sekali lagi aku tidak bisa memaksa hati untuk berlabuh mencari tempat pulang yang lain. Sekeras apapun aku berusaha meyakinkan bahwa rasa ini sendirian, lagi dan lagi ada saja hal yang membuat aku kembali lagi untuk menuju padanya.

Rasa ini harus dilanjutkan atau sudahi saja? 

Tanpa sadar aku melangitkan doa-doa juga namamu. Kubilang, "Semesta.. Dia seumpama bening rembulan yang menerangi gelap, menciptakan harap diantara bintang yang gemerlap. Bisakah Kau tetapkan aku dihatinya agar aku bisa terus menatapnya sampai kedipan terakhir mataku di bumi?"





Comments