Mengapa kita ditakdirkan untuk berjumpa? Andai dulu aku tidak terlena rayuan semesta atas kebahagiaan, mungkin aku tidak akan merasa kehilangan pada apa-apa yang bukan milikku.
Aku bukan menyesal karena bertemu kamu, aku menyesal karena aku terpilih menjadi perempuan rumit yang akan -mungkin telah- dihadapkan pada kehilangan.
Aku bukan menyesal karena bertemu kamu, aku menyesal karena aku terpilih menjadi perempuan rumit yang akan -mungkin telah- dihadapkan pada kehilangan.
Memang ini kehilangan, ya? Sepertinya iya.
Aku tidak mau kamu pergi.
Payah. Untuk apa aku mengatakan ini sedangkan kamu sudah berjalan sangat jauh?
Aku ini bodoh atau apa?
Kehilangan telah mengudara, kini hanya tersisa rindu-rindu yang belum dilunasi.
Atas perubahan hariku aku tak mau berbicara apapun, perginya kamu membuat hilang semakin menjadi-jadi.
Tak ada lagi bisik telinga dari cerita jejak kakimu, tak ada lagi mimpi-mimpi yang diam-diam kita aamiin-kan bersama.
Ah,
Aku mau pergi ke Bulan saja.
Comments
Post a Comment