Aku tenggelam dalam pengingkaran yang kuciptakan sendiri. Aku tidak suka pada pilihan yang kutawarkan. Aku kalah.
-------------------------------
Dulu;
Dia duduk didepanku, menatapku lurus ke depan tanpa ucapan. Kulihat goresan Tuhan ini sedang tersenyum pelan, menyimpulkan lengkung manis di bibrinya.
Tidak tau sejak kapan aku menyerahkan hatiku pada takdir untuk dibiarkan jatuh padanya. Aku sempat menolak untuk mencintai seseorang, tapi gagal.
Aku ini payah atau bagaimana?
Aku ini payah atau bagaimana?
Namun, hari ini dia tidak berada di sampingku, tidak tersenyum untukku, tidak tau aku ingin sekali mendengar ceritanya.
Malam selalu membawa pikiranku kembali padamu. Aku sibuk menerka perihal pada siapa kau bertukar kata, perihal siapa yang pertama kali kau cari pada tiap-tiap malam.
Harus dengan cara apa kupalingkan muka dari kehilangan ini? Meskipun sudah sampai ribuan kata nyatanya itu tak cukup sanggup membelah kerinduan. Padahal, kurasa kata akan cukup kedap sebagai tempat sembunyi. Kurasa, kata akan mampu merahasiakan mataku dari matamu.
Tapi, sialnya kau memang pandai hingga yang terjadi tak hanya bayangmu saja datang ke kepala untuk menambah seluruh kerinduan.
Melainkan seluruhmu, seluruh katamu.
Comments
Post a Comment