Kenapa ada jiwa yang terkurung takut kehilangan padahal raganya tak terikat apa-apa? Kenapa ada manusia yang sudah berusaha kulayukan cinta sebelum berkembang, tetapi tetap saja bayangnya menjadi yang teramat nyata?
Aku merasa jalanku telah tertuju pada satu arah, kamu. Aku tidak mau mundur lagi.
Kenapa?
Karena aku pernah dibiarkan tersudut di pinggiran jalan seorang diri, terluka tapi tidak pernah melukai diri. Aku disebut si penuh cela hanya karena kata. Dan kamu menjadi satu-satunya manusia yang menjadikanku sebagai langit hari ini. Langit yang punya biru dalam dunianya, bukan lagi abu-abu.
Terdengar seperti omong kosong, ya? Aku si penebar kata-kata yang lebih sering merasa tidak adil di dunia ini sok-sok berbicara padamu tentang cinta.
Kamu sangat memaklumiku dengan cara yang sederhana, aku jadi merasa tak pernah tertinggal.
Kamu menjadi seseorang yang tidak punya bahasa buruk untukku yang tiba-tiba ingin berhenti menulis.
Never stop writing! Katamu.
Kadangkala aku ingin melihat kamu marah ketika aku mengisahkan tentang orang lain. Bukan karena aku mau kamu terluka. Aku hanya mau memastikan kamu bukan malaikat yang dihadiahkan semesta untukku. Malaikat tanpa serapah.
Aku bercanda.
Aku tau kamu manusia yang tetap merasa sedih, merasa bertanya tentang kenapa dan bagaimana, merasa tidak tau arah.
Namun....
Kamu lebih memilih menjadi yang terlihat bahwa kamu tidak merasa begitu. Jadi, semoga semesta menjaga hatimu baik-baik. Sebab telingaku tak pernah mendengar keluhmu, meski aku mau. Sebab aku tidak pernah menyembuhkan lukamu, meski aku mau.
Aku masih berdiri tidak jauh dari tubuhmu. Menemani.
Comments
Post a Comment