Entah mengapa aku akan menyebut ini narasi bertajuk cinta, entah sebuah kejujuran atau sebuah penyesalan. Biarlah aksara membuat aku lebih leluasa mengatakan apa yang tak bisa kukatakan.
Jika kau ada disini, aku tak butuh apa-apa lagi. Aku tak butuh donat yang selalu kuminta seperti dulu. Andai bumi dapat ditukar dengan pelukan, aku akan memilih pelukmu.
Aku ingin mengatakan hal yang selama ini aku sembunyikan.
Aku tak tau bagaimana cara memulainya, bagaimana cara menyampaikannya.
Aku tak tau bagaimana cara memulainya, bagaimana cara menyampaikannya.
Bathinku murka karena menahan rindu.
Mereka bilang masa kecilnya sungguh tak bahagia, tapi hari ini mereka jauh lebih bahagia dari aku yang masa kecilnya penuh kebahagiaan. Aku sangat membenci cara kerja semesta.
Katanya, aku punya segalanya bahkan aku bisa memiliki pelangi yang orang-orang tak bisa miliki.
Katanya, hatinya milikku begitupun sebaliknya.
Katanya, jika ada orang jahat di bumi yang menginjakku. Dia akan berubah menjadi superhero.
Semua serba katanya.
Di hari ulang tahunmu, aku meminta banyak hal pada semesta. Kau mau mendengarnya?
Sebelum tulang menguning lalu daging dipetik cacing, izinkan aku memelukmu.
Sebelum tubuh menghilang, aku ingin mengelilingi malamnya kota denganmu.
Sebelum tak ada lagi cahaya keemasan yang tumpah ke bumi, aku ingin merasakan pulang denganmu.
Sebelum tulangmu rapuh layaknya nyala suluh, aku ingin berjalan beriringan denganmu sama seperti ketika aku kecil tanganmu tak pernah lepas menggenggam.
Kuselami dalamnya rindu, bertahun-tahun belum kutemukan pula dasarnya.
Entah yang kutuliskan tersampaikan atau tidak. Setidaknya segala yang ku ingin terluahkan.
Sudah dulu, ya. Semoga suatu saat kau membacanya.
Selamat menua, patah dan cinta pertama dalam hidupku.
Comments
Post a Comment