Seandainya dunia menjauh hanya karena kata yang selalu kucatat, akankah aku tetap menulis apapun yang kurasa, yang kulihat, yang kudengar? Akan, selama ada kamu. Meski hanya satu orang dan itu kamu, aku akan merasa cukup. Cukup untukku tetap tegak berdiri.
Aku membayangkan ketika dunia bersiap untuk menghancurkanku, masih ada satu orang di bumi yang menutup telinga rapat-rapat ketika mulut dunia sedang mengumpat segala hal tentangku, lalu kamu bersedia menjadi garis terdepan atas semua hal yang akan menyumpahiku, meski pada akhirnya entah siapa yang benar-benar tidak bersalah antara dunia yang mencekik atau aku dengan semua abjad yang kupunya.
Ini bukan tentang menang atau kalah, ini bukan perlombaan siapa yang paling pantas untuk tinggal di bumi, bukan. Andai dunia ingin menjadi satu-satunya yang pantas diagungkan semesta, dan seluruh manusia di bumi, silakan, akan dengan senang hati kuserahkan pada dunia seluruh hak dihargai hidupnya sebagai manusia ciptaan-Nya.
Aku hanya meminta dunia untuk tidak mempermasalahkan jejak-jejakku. Dan aku ingin semesta mengizinkan aku bahagia dengan semua kata yang kutulis. Dengan dia yang tidak pernah mempermasalahkan apa-apa yang aku tulis.
Dia hanya bilang, "Menulislah apapun yang ada dipikiranmu, aku akan menyukainya. Biarkan dengan prasangka yang dunia ciptakan sendiri, kamu harus tetap menulis, dan dunia sah-sah saja menerka dari sudut manapun. Biarkan."
Tuan, bukankah berbeda antara terkaan dengan serapah?
Sebenanrnya menyenangkan hidup digerayangi teka-teki karena kata, tapi bagaimana jadinya jika hal ini mencipta keinginan yang tidak wajar? Yap, benar. Darah. Bukan lagi kataku yang dunia inginkan agar mati, melainkan darahku yang diharapkan dunia untuk segera beku bahkan habis.
Jika mengingat hal ini mudah sekali untuk menyerah, untuk merasa bahwa aku tidak pantas menjadi manusia kata. Dunia pikir aku lebih pantas menjadi helaian benang.
Sayang, tak kutemukan alasan untuk benar-benar mundur jika masih ada "satu" manusia yang ada untuk menjadi pembaca meski kurasa kataku tak pantas lagi dibaca.
Comments
Post a Comment