Kalau ini bukan kehilangan, lalu apa? Setiap malam kamu selalu mengirimkan karangan bunga yang tumbuh mekar di halaman hatiku. Malam ini, kamu kirim kepergian berhadiah kehilangan.
Aku kembali merangkai kata luka, dan perpisahan tanpa lambai tangan. Hanya tersisa paragraf antara aku dan temaram. Tak ada lagi sulaman senyum tengah malam, tak ada lagi tanya tentang impian, tak ada lagi rayu di sudut langit.
Aku terpaku pada dinding fatamorgana. Aku siap dikelabui seluruhnya oleh rembulan.
Sebelum malam memekat dan ingatan kian pekat, aku harus segera melarikan diri dari malam yang pernah begitu memikat.
Akal terpaksa mengalah pada purnama yang tak pernah berjanji akan membuat sepiku sempurna. Tak ada pilihan lain selain memaksa rindu berubah menjadi sembilu.
Semuanya berkecamuk di dalam kepala. Riuh kembali tercipta, aku tak bisa memintanya diam. Semakin kularang, riuh semakin gaduh.
Comments
Post a Comment