Entah kapan kamu akan membaca tulisan ini. Mungkin malam ini, mungkin besok, besoknya lagi, atau besok yang aku tidak tau harinya. Ketika kamu telah temukan seluruh 'kata' pada lembaran kertas ini, kamu akan tau bahwa sekarang aku sedang mencintaimu, sampai nanti, sampai waktu yang tak terhingga pun akan begitu.
Aku sudah mendaftarkanmu pada bumi bahwa aku ingin kamu menjadi alasanku bahagia hidup di alam raya.
Rembulan dan bumi saling memandang, mereka merestuinya. Dengan syarat, tak ada yang menciptakan luka. Jika ingkar, salah satu diantara kita akan lenyap dan meninggalkan cinta yang mati.
Aku setuju. Bagaimana denganmu?
Alam raya bilang, kamu beruntung karena dimiliki aku. Kurasa mereka salah, aku yang beruntung karena dicintai kamu. --benarkah kamu mencintaiku?--
Lebih dari harapku, semoga benar.
Kelak,
Kamu akan menjadi satu-satunya alasan untukku tetap merawat cinta sampai mati. Tapi aku tidak ingin melewati hari dengan cinta yang sendirian.
Jadi, bisakah kamu mencintaiku?
Kali ini aku menganggap kamu mencintaiku agar aku bisa melanjutkan tulisan ini.
Kelak,
Kamu akan menjadi tempatku bersembunyi dari ramainya manusia yang selalu melontarkan cacian tentang hidup orang lain. Sungguh, aku tidak peduli dengan kehidupan orang lain.
Banyak hal yang aku syukuri di hidupku ketika dibersamakan denganmu.
Aku ingin menyimpan semua kebahagiaan di matamu, agar aku tak bisa menghujani matamu dengan air mata. Tidak mungkin aku menyakiti kebahagiaanku, bukan?
Kelak,
Kalaupun Ibu Kota yang kamu pilih untuk bekerja, aku ingin ikut. Tidak, tidak. Kamu pasti meragukan keberaniaku untuk hidup di kota. Iya kan?
"Kamu tidak akan berani kemana-mana sendirian. Aku khawatir."
Ku anggap itu cinta.
Baiklah, kamu sangat memahamiku lebih dari aku memahami diriku sendiri. Meski tidak selalu.
Kelak,
Aku akan meminta dua hal darimu. Cintai aku sebagaimana kamu mencintaiku sebagai istri, dan sayangi aku sebagaimana Bapak menyayangi anak perempuannya.
Sepertinya menyenangkan dicintai Bapak.
Kelak,
Separuhku akan menjadi separuhmu
Kelak,
Aku akan menulis puisi paling puitis ketika diam-diam malam akan datang
Kelak,
Kita akan tetap merindu tanpa basi
Kelak,
Aku tak akan lagi merasakan hari yang sekarat karena sepi
Kelak,
Mata yang aku rindukan saat ini akan menjadi mata yang selalu menatap mataku
Kelak,
Setiap waktu yang kita genggam akan menjadi kenangan
Kelak,
Hatimu akan menjadi tempat tinggalku selamanya
♥♥♥
ReplyDelete♥♥♥
ReplyDelete