Dulu, aku berpikir bahwa sebuah pengakuan itu penting. Semakin kesini aku sadar bahwa pengakuan itu tidak penting.
Benarkah aku mengatakan semua itu tidak penting?
Ketika netramu yang indah sudah membaca sampai kalimat ini, seharusnya kamu tau apakah aku berbohong atau tidak.
Aku hanya ingin....
Ketika dunia tidak menganggapku sebagai penduduk bumi, lalu ada satu orang yang menitipkan bahagianya pada darah dan nyawaku. Entah akan bagaimana perasaan hatiku yang paling dasar?
Tentu bahagianya akan melebihi hingar bingar percikan kembang api yang serupa ledakan gemintang.
Memang, bagaimana rasanya diakui? Memang, bagaimana rasanya menjadi satu-satunya perempuan cantik dihatinya?
Aku hanya tidak ingin merasa ketika...
Aku kembali bercermin pada kedalaman netra. Aku bertanya pada bayanganku, apa aku perempuan yang memalukan?
Apa kamu menginginkan aku beku pada jeruji kaca gelap yang tak dapat dilihat siapa-siapa?
Cermin buram di mataku kembali retak. Kupandang lagi, kupandang ulang.
Pertanyaan itu menghujam keluar menembus kaca. Aku ini siapa di hidupmu?
Benarkah aku mengatakan semua itu tidak penting?
Ketika netramu yang indah sudah membaca sampai kalimat ini, seharusnya kamu tau apakah aku berbohong atau tidak.
Aku hanya ingin....
Ketika dunia tidak menganggapku sebagai penduduk bumi, lalu ada satu orang yang menitipkan bahagianya pada darah dan nyawaku. Entah akan bagaimana perasaan hatiku yang paling dasar?
Tentu bahagianya akan melebihi hingar bingar percikan kembang api yang serupa ledakan gemintang.
Memang, bagaimana rasanya diakui? Memang, bagaimana rasanya menjadi satu-satunya perempuan cantik dihatinya?
Aku hanya tidak ingin merasa ketika...
Aku kembali bercermin pada kedalaman netra. Aku bertanya pada bayanganku, apa aku perempuan yang memalukan?
Apa kamu menginginkan aku beku pada jeruji kaca gelap yang tak dapat dilihat siapa-siapa?
Cermin buram di mataku kembali retak. Kupandang lagi, kupandang ulang.
Pertanyaan itu menghujam keluar menembus kaca. Aku ini siapa di hidupmu?
Comments
Post a Comment