Ceritanya Aku Penulis

Hati manusia sangat mudah dibalikan; itu aku.Dulu aku tidak pernah bercita-cita menjadi penulis, aku juga tidak aktif dalam hal tulis menulis.
Sekarang...
Anggap saja aku penulis. Dengan begitu aku mudah menuliskan apa-apa yang ingin aku utarakan melalui rangkaian abjad, dan apa yang ingin aku bicarakan pada orang lain tapi tak mampu bersuara.
Aku tidak mau disebut tidak bisa apa-apa. Aku memang kalah jauh dalam satu bidang. Dan kini aku sedang mencoba melawan keterbelakangan yang tertinggal jauh di depan mata --mereka--.
Tapi jangan anggap remeh seseorang, bisa saja yang kamu anggap tidak berguna bisa menyusul berjalan jauh didepan mata kamu.

Aku menemukan diriku ketika menulis, ketika diri dihadapkan dengan laptop dan mulai mengetik abjad demi abjad yang jumlahnya sekian ratus.
Selama diri mengakui menjadi penulis --padahal belum penulis sesungguhnya-- ada kepuasan bathin yang ku rasakan.
Penting atau tidak penting, indah atau tidak indah itu menjadi urusan ke sekian.
Anggap saja aku penulis hebat --semoga menjadi doa-- yang bisa menceritakan kisahnya dan kisah orang lain. Selama ada manusia yang ingin dituliskan kisah hidupnya, kenapa tidak?
Selama itu tidak melenceng dari ajaran Islam, bukan?

Tulisanku tidak sebagus mereka yang ada di dunia nyata, serius.
Tulisanku juga tidak sebagus teman-teman di kampus.
Tulisanku biasa saja tidak ada apa-apanya.
Bahkan dulu, manusia yang menjadi alasanku tetap menulis tidak pernah meminta dibuatkan puisi.
Puisiku tidak istimewa, ya?

Padahal aku selalu membayangkan jika kelak aku ditakdrikan dengan pria yang sama-sama menyukai sastra, setiap hari pasti aku minta dibuatkan puisi.
Tapi kenapa kamu tidak melakukan hal itu padaku, tuan?
Sudahlah itu hanya sekedar mimpi yang sampai kau pergipun tidak menjadi nyata.
Sekarang aku harus tetap berdiri tanpa bantuan siapapun, dan tanpa dukungan siapapun. Manusia yang selalu percaya bahwa aku akan jadi penulis, sudah tak bisa lagi ku andalkan.

Comments

Post a Comment