Assalamu’alaikum Calon Imam
Bagaimana kabarmu hari ini? Baik-baik
saja kah? Bagaimana kabar imanmu? Masih naik turun kah? Sejauh mana kamu sudah
memantaskan diri? Berapa ayat yang telah
kamu hapalkan dalam surat Ar-Rahman? Sudah siapkah kamu mempersembahkan
Ar-Rahman untuk akad kelak? Usah khawatir, kamu tidak seorang diri. Aku tidak
diam di tempat, aku pun tidak ingin mengecewakan seseorang yang akan memilihku
menjadi Bidadari Syurga nya.
Semua hal yang ku nanti akan jauh lebih
indah ketika Allah sudah mempertemukanku dengan pilihan-Nya yaitu kamu.
Teruntuk kamu separuhnya aku, pelengkap
hidupku nanti.
Hari-hariku pasti akan terasa lebih
bermakna. Bagaimana tidak, kelak aku telah bersama belahan jiwa yang selalu aku
mohonkan pada-Nya dalam setiap sujud dan untaian do’a.
Ah, aku ingin segera menikmati senja
bersamamu. Rona jingga yang akan semakin menjingga. Senja akan semakin syahdu,
sebab kamu akan selalu ada untukku. Dan kita menjadi satu.
Aku kira menikmati senja adalah hal yang
terindah, namun ternyata akan ada hal yang lebih indah yakni ketika kalimat
“Saya terima nikah dan kawinnya Maharani binti Muhammad...” terucap dari lelaki
gagah sepertimu. Benar-benar lebih indah dan lebih syahdu dari rona senja
dengan desau angin yang berembus. Meskipun aku tidak bisa memasak, namun akan
ku pastikan kamu tidak akan kelaparan. Aku akan berusaha menjadi sebaik-baiknya
tempat ketika malam menyapa membawa rasa lelah, raga yang siang berkelana
mengharap rehat sejenak. Tak pernah bosan dan akan selalu begitu. Kamu adalah
pria yang selalu ku tunggu dengan senyum penuh rindu.
Ku sebut kamu rumahku, karena Syurga
terasa lebih dekat ketika aku menjadikanmu rumahku.
Calon Imamku, tak usah terburu-buru
untuk menemuiku. Karena Allah telah memilihkan waktu yang tepat untuk kita
bertemu dan bersatu dalam ikatan suci pernikahan.
Jika kamu takut aku akan meminta barang
mewah ketika pernikahan, tentu kamu salah besar. Tenang saja, bukankah yang
paling penting dari pernikahan adalah akad? Bukan dekorasi ataupun gaun yang
sangat mahal. Ketahuilah, aku tidak hanya ingin bersamamu di dunia, tetapi di
akhirat aku ingin tetap denganmu. Jika kelak kita sudah menikah, waktuku akan
lebih banyak di rumah karena saat ini aku menjadi guru sekolah agama dan
mungkin sembari menunggumu pulang kerja, aku akan menulis. Yaa, menulis tentang
kisah keluarga kecil kita, dan bagaimana kau menjemputku. Takkah kamu tau,
calon imamku? Sejak dulu aku ingin menjadi penulis. Aku ingin menerbitkan buku
pertamaku denganmu, berdasarkan kisah nyata. Ketika aku membuatmu marah, aku
mohon jangan kau balas dengan amarah lagi. Ketika aku membuatmu kesalahan, aku
mohon kamu tidak meninggalkan tapi ingatkan dimana kesalahanku agar aku tidak
mengulanginya. Tidak dipungkiri masalah kecil pun mungkin akan menjadi besar
ketika kita sama-sama enggan untuk meminta maaf.
Jikalau aku belum baik, bimbinglah aku
menjadi lebih baik. Bukan pergi dan mencari yang lebih baik. Calon imamku,
tetaplah denganku tetaplah kita menggapai Syurga-Nya bersama-sama.

Calon Imamku, tak usah terburu-buru untuk menemuiku. Karena Allah telah memilihkan waktu yang tepat untuk kita bertemu dan bersatu dalam ikatan suci pernikahan.
ReplyDeleteJleb...
hehehehe :)
Delete