Pada pahitnya kopi yang ku nikmati
Kau menjelma menjadi satu-satunya hal termanis
Mengepalkan semangatku untuk menulis
Di sudut ruang dengan lampion
Membahas perihal pernikahan
Degup di dada semakin meraja
Aku tak boleh jatuh
Karena aksara harus tetap ditulis
Kau memang ditakdirkan membawa debar
Mengembangkan senyumku yang kusebut bahagia
Membawa sejuta kebahagiaan yang tak pernah kurasa
Kau kah lelaki yang selama ini ku tunggu?

Comments
Post a Comment