Senja menampakan semburat jingga
yang merona kini lebih merona karena kau menepati janji untuk datang menemuiku.
Setelah 120 hari lamanya aku menikmati senja seorang diri pada akhirnya aku
bisa menikmati senja denganmu sore ini. Kini kau seolah lebih mengerti tentang
aku dan senja.
Mungkin kau belajar banyak dari
puisiku. Selama menikmati senja kau seperti mambuat puisi tanpa pena sambil melihat ke arah senja.
Aku hanya tertawa kecil melihat
tingkahmu, karena puisi yang kau bacakan adalah puisiku.
Kau benar-benar pembaca terbaik.
Kau protes dengan semua tulisanku.
Aku seolah tersakiti, tersudutkan, bahkan bisa dibilang perempuan yang tetap
bertahan meskipun disakiti berkali-kali. Katanya.
Aku semakin ingin tertawa dengan
keras namun tak bisa dan tetap hanya tawa kecil yang ku perlihatkan. Sebenarnya
priaku tak usah khawatir dengan semua tulisanku. Aku bahagia selama kau ada,
disisiku bersama senja.
Perihal tulisanku.. Kau priaku.
Tenanglah, bukankah kau pembaca yang baik untukku? Tentu kau tidak akan
mempermasalahkan apapun yang aku tulis. Aku mengerti mungkin kau terlalu takut
orang lain berpikiran buruk tentangmu. Aku akan menjaga semua itu dan akan ku
pastikan kau tetap menjadi alasanku untuk menjadi penulis. Tidak semua
tulisanku ku ceritakan tentang kita. Ada beberapa episode hanya imajinasiku.
Comments
Post a Comment