Aroma tanah basah dengan suara gemercik air di balik jendela. Sejuk, tenang, adem.
Hujan kali ini aku merasa lebih hangat meskipun udara dingin.
Apa yang membuatku hangat? Ah, ternyata Ambu memyelimuti ketika aku tertidur di ruang tv dan memberiku secangkir coklat panas.
Ini sederhana, namun sangat istimewa.
Aku pun bisa menikmati hujan meskipun di dalam rumah.
Tidak ada yang berbeda, aku tetap mencintai hujan. Setelah sekian lama aku menikmati hujan seorang diri, kini aku menemukan teman hujan kusebut dia Ambu.
Teman hujan?
Apa yang ada di benakku? Aku bertanya pada diriku sendiri.
Kini Ambu tau, anak bungsu nya menyukai hujan. Ya, aku tau karena Ambu pernah membaca tulisanku di buku khusus tentang hujan. Tidak ada yang tau perihal buku itu. Sekalipun dia yang dulu selalu menemani kala hujan atau hanya sekedar menelfon "hujan tuh". Ah sudahlah, bukan dia yang ingin ku ceritakan.
Selama Ambu membaca, aku hanya pura-pura tertidur dan mataku terbuka 1/4 sambil terus melihat ke arahnya. Untungnya, tidak ada cerita aneh. Yang ku ceritakan hanya apa alasanku menyukai hujan, sejak kapan, apa yang ku lakukan ketika hujan turun, dan masih banyak lagi. Buku itu bergambar awan dan hujan, hadiah dari temanku ketika ulang tahun kemarin.
Akhir-akhir ini sedang musim hujan. Dan inspirasi selalu datang secara tiba-tiba disaat aku enggan untuk sekedar mengambil buku, pena, atau menyalakan laptop.
Sejak hari itu ketika hujan turun, Ambu selalu memberiku entah itu coklat panas, cappucino, atau cemilan oreo coklat. Karena aku sangat menyukai coklat dan Ambu selalu duduk di sampingku hanya untuk membaca majalah masak, dan aku menikmati setiap alunan musik klasik dengan volume yang keras sambil menyeruput coklat panas.
Aku bisa menyimpulkan, Ambu tau ketika hujan aku tak ingin sendiri dan harus selalu ditemani.
Aku bisa melamun dengan hebat ketika hujan dan seorang diri. Aku tidak ingin cerita itu kembali teringat setelah mati-matian aku melupakannya.
Kini, hujan terasa lebih indah jika ku nikmati dirumah dengan Ambu. Rumahku Syurgaku.
Hujan kali ini aku merasa lebih hangat meskipun udara dingin.
Apa yang membuatku hangat? Ah, ternyata Ambu memyelimuti ketika aku tertidur di ruang tv dan memberiku secangkir coklat panas.
Ini sederhana, namun sangat istimewa.
Aku pun bisa menikmati hujan meskipun di dalam rumah.
Tidak ada yang berbeda, aku tetap mencintai hujan. Setelah sekian lama aku menikmati hujan seorang diri, kini aku menemukan teman hujan kusebut dia Ambu.
Teman hujan?
Apa yang ada di benakku? Aku bertanya pada diriku sendiri.
Kini Ambu tau, anak bungsu nya menyukai hujan. Ya, aku tau karena Ambu pernah membaca tulisanku di buku khusus tentang hujan. Tidak ada yang tau perihal buku itu. Sekalipun dia yang dulu selalu menemani kala hujan atau hanya sekedar menelfon "hujan tuh". Ah sudahlah, bukan dia yang ingin ku ceritakan.
Selama Ambu membaca, aku hanya pura-pura tertidur dan mataku terbuka 1/4 sambil terus melihat ke arahnya. Untungnya, tidak ada cerita aneh. Yang ku ceritakan hanya apa alasanku menyukai hujan, sejak kapan, apa yang ku lakukan ketika hujan turun, dan masih banyak lagi. Buku itu bergambar awan dan hujan, hadiah dari temanku ketika ulang tahun kemarin.
Akhir-akhir ini sedang musim hujan. Dan inspirasi selalu datang secara tiba-tiba disaat aku enggan untuk sekedar mengambil buku, pena, atau menyalakan laptop.
Sejak hari itu ketika hujan turun, Ambu selalu memberiku entah itu coklat panas, cappucino, atau cemilan oreo coklat. Karena aku sangat menyukai coklat dan Ambu selalu duduk di sampingku hanya untuk membaca majalah masak, dan aku menikmati setiap alunan musik klasik dengan volume yang keras sambil menyeruput coklat panas.
Aku bisa menyimpulkan, Ambu tau ketika hujan aku tak ingin sendiri dan harus selalu ditemani.
Aku bisa melamun dengan hebat ketika hujan dan seorang diri. Aku tidak ingin cerita itu kembali teringat setelah mati-matian aku melupakannya.
Kini, hujan terasa lebih indah jika ku nikmati dirumah dengan Ambu. Rumahku Syurgaku.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete