Semua tulisanku mungkin memang tidak bermanfaat untuk mereka yang tidak menyukai senja ataupun hujan. Benar, aku hanya seorang pemula dalam perihal menulis. Aku belum terlalu mahir, namun aku menyukai aksara.
Tak jarang aku membuka laptop lalu diam beberapa saat untuk mencari tema. Banyak netizen yang bertanya, apakah semua tulisanku kisah nyata atau sekedar imajinasi semata?
Memang apa salahnya jika semua yang ku tulis adalah imajinasi ataupun kisah nyata?
Netizen terlalu mempermasalahkan pikiranku.
Aku pernah baca "Penulis tidak akan pernah lupa dengan tulisannya" yaa meskipun ada saja yang mengutip tanpa izin. Ah sudahlah, tidak usah merasa sudah menjadi penulis. Hehehe.
Mereka yang mengutip mungkin suka dengan kata senja dan hujan, dan dia terlalu beku untuk mengungkapkan bahwa dia pun menyukainya bahkan lebih dariku.
Ranah semua orang dalam menulis berbeda-beda. Misalnya bagianku hanya menulis tentang senja, hujan dan kehilangan. Sedangkan temanku lebih mahir dalam menulis pengalaman kerasnya hiruk pikuk kehidupan. Ada juga yang jago di puisi dengan tema pendidikan, dan tentang hujan dia tidak menyukainya.
Impianku masih sama, menjadi penulis. Ah, menulis seminggu sekali saja suka malas. Sedangkan menjadi penulis dituntut untuk menuangkan pemikirannya setiap hari.
Lebih menyenangkan jika mempunyai teman hidup yang sama-sama suka menulis. Tidak ada yang tidak mungkin kita akan menciptakan karya bersama, buku tentang bagaimana kisah cinta kita bisa sampai dalam ikatan halal. Halah.
Banyak netizen yang menyinyir karena aku menyukai senja dan hujan. Aneh, katanya. Terlalu seperti di buku. Hmm. Masyaallah. Selalu ada ujian, untuk sekedar menyukai ciptaan-Mu saja dipermasalahkan.
Memang apa salahnya? Aku tidak pernah memaksa mu menulis untukku tentang senja atau hujan, kan? Aku juga tidak pernah memaksa mereka untuk sama-sama menyukai senja dan hujan.
Ini duniaku. Aku menemukan diriku ketika menulis. Aku tidak suka keramaian, aku lebih suka keheningan. Entah.
Silahkan kau menyukai tanah, silahkan kau menyukai petir, silahkan kau menyukai daun. Karena itu memang ciptaan-Nya. Aku tidak akan mempermasalahkannya selama itu tidak merugikan untukku.
Tapi aku sedikit senang, karena mereka yang menyinyir tanpa sengaja selalu mengunjungi blog-ku. Hihi.
Semakin netizen menyinyir, semakin aku ingin lebih bercerita tentang senja dan hujan yang membuatku bisa menulis seperti ini.
Dibalik tulisan senja dan hujanku selama ini ada seseorang yang selalu menyuruhku semangat menulis. Ah, tenang netizen. dia bukan siapa-siapa. Hanya saja dia cukup berpengaruh dikehidupan menulisku.
Tak jarang aku membuka laptop lalu diam beberapa saat untuk mencari tema. Banyak netizen yang bertanya, apakah semua tulisanku kisah nyata atau sekedar imajinasi semata?
Memang apa salahnya jika semua yang ku tulis adalah imajinasi ataupun kisah nyata?
Netizen terlalu mempermasalahkan pikiranku.
Aku pernah baca "Penulis tidak akan pernah lupa dengan tulisannya" yaa meskipun ada saja yang mengutip tanpa izin. Ah sudahlah, tidak usah merasa sudah menjadi penulis. Hehehe.
Mereka yang mengutip mungkin suka dengan kata senja dan hujan, dan dia terlalu beku untuk mengungkapkan bahwa dia pun menyukainya bahkan lebih dariku.
Ranah semua orang dalam menulis berbeda-beda. Misalnya bagianku hanya menulis tentang senja, hujan dan kehilangan. Sedangkan temanku lebih mahir dalam menulis pengalaman kerasnya hiruk pikuk kehidupan. Ada juga yang jago di puisi dengan tema pendidikan, dan tentang hujan dia tidak menyukainya.
Impianku masih sama, menjadi penulis. Ah, menulis seminggu sekali saja suka malas. Sedangkan menjadi penulis dituntut untuk menuangkan pemikirannya setiap hari.
Lebih menyenangkan jika mempunyai teman hidup yang sama-sama suka menulis. Tidak ada yang tidak mungkin kita akan menciptakan karya bersama, buku tentang bagaimana kisah cinta kita bisa sampai dalam ikatan halal. Halah.
Banyak netizen yang menyinyir karena aku menyukai senja dan hujan. Aneh, katanya. Terlalu seperti di buku. Hmm. Masyaallah. Selalu ada ujian, untuk sekedar menyukai ciptaan-Mu saja dipermasalahkan.
Memang apa salahnya? Aku tidak pernah memaksa mu menulis untukku tentang senja atau hujan, kan? Aku juga tidak pernah memaksa mereka untuk sama-sama menyukai senja dan hujan.
Ini duniaku. Aku menemukan diriku ketika menulis. Aku tidak suka keramaian, aku lebih suka keheningan. Entah.
Silahkan kau menyukai tanah, silahkan kau menyukai petir, silahkan kau menyukai daun. Karena itu memang ciptaan-Nya. Aku tidak akan mempermasalahkannya selama itu tidak merugikan untukku.
Tapi aku sedikit senang, karena mereka yang menyinyir tanpa sengaja selalu mengunjungi blog-ku. Hihi.
Semakin netizen menyinyir, semakin aku ingin lebih bercerita tentang senja dan hujan yang membuatku bisa menulis seperti ini.
Dibalik tulisan senja dan hujanku selama ini ada seseorang yang selalu menyuruhku semangat menulis. Ah, tenang netizen. dia bukan siapa-siapa. Hanya saja dia cukup berpengaruh dikehidupan menulisku.
Comments
Post a Comment