Cerita Mini "Senja dan Ambu"

Senja.
Bagi beberapa pembaca mungkin sudah bosan dengan cerita senja, atau bahkan terlanjur muak. Ah, tapi aku tidak peduli. Aku hanya sedang ingin bercerita. Senja kali ini mengingatkanku pada rumah. Lebih tepatnya aku sedang merindukan Ambu.
Entah angin darimana, aku rindu jalan-jalan sore dengan Ambu. Meskipun tanpa kendaraan tapi aku sangat menikmati tiap langkah dengan pegangan tangan yang cukup erat.
Ambu selalu memarahi tiap kali aku membidik sang senja, meskipun sedang berjalan, meskipun senja itu terhalang oleh kabel yang cukup mengganggu indahnya senja di kamera ku. Hehe.

Aku tidak mungkin melewatkan senja. Ambu memang tidak terlalu tahu bahwa aku sangat menyukai senja. Tiap sore menjelang, aku selalu sendiri di teras atas dengan cemilan apa saja yang ada di meja. Dan Ambu hanya bicara "ke atas lagi?". Aku hanya menganggukan kepala, pertanda jawabanku sangat tepat.
Sepertinya Ambu sengaja menyimpan cemilan di teras atas untuk ku menikmati senja. Karena jarang tamu yang selalu Ambu ajak ngobrol di teras atas. Aku merasa tempat ini hanya untuk ku dan senja. Hihi

Ini yang selalu ku nantikan. Senja.
Aku sengaja selalu mengajak Ambu keluar rumah ketika sore. Meskipun hanya untuk membeli roti bakar coklat kesukaanku. Aku masih bisa menikmati senja meskipun bukan dengan dia.

Selain alasanku menyukai senja karena dia, aku menyukai senja karena Ambu selalu ada disaat dia tidak ada. Maksudnya, selain dia yang menemani kala senja, Ambu pun selalu menemani. Bagaimana aku tidak semakin menyukai senja ketika orang yang mengertiku pun mulai menyukai senja, karena ku. Katanya.
Senja hari ini... Senja yang hilang.
Hatiku sedang tidak ingin diganggu, bahkan aku sedang ingin sendiri tanpa ada yang bertanya "Kamu kenapa?"
Harapanku ingin menyendiri gagal. Sahabatku mengajakku keluar dengan alasan "Menikmati senja" yaa, aku sedikit bersemangat ketika tempat yang akan kita tuju adalah tempat yang bisa melihat senja dengan jelas.

Dugaanku salah, semakin berjalan sambil menikmati detik-detik keindahannya hilang... Hatiku semakin tak karuan. Tidak seperti biasanya. Mungkin karena perjalanan senja dengan langit yang terlihat sangat indah dengan warna teduh --tanpa Ambu--
Aku juga sempat melihat anak kecil yang digendong Ayah nya karena menangis ingin dibelikan aromanis. Namun sang Ayah menolak. Mungkin karena bidadari kecil nya sedang batuk.
Aku juga begitu. Dulu.

Comments