Sepenggal Kisah; Kehilangan

Tulisan ini aku istimewa kan untuk 'dia' yang pernah mengubah duniaku. Yaps. ternyata ada seseorang yang bisa mengubah dunia yang cukup keras, bagiku. Mengubah dalam hal apa?
Sebelumnya, aku memang suka sastra namun aku kurang mengembangkan dalam hal tulis menulis. Dulu, aku memang bisa disebut sebagai Kupu-kupu (Kuliah pulang-kuliah pulang) namun kini aku menjadi Kura-kura (Kuliah rapat-kuliah rapat).

Waktuku lebih banyak di kosan bersama teman-teman yang UKM nya bisa dibilang santai. Sampai pada akhirnya, ada kehilangan yang cukup berat untukku, dulu. Aku belum di kenalkan jarak yang terlalu jauh. Mungkin. Sehingga wajar ketika aku masih menjadikan dia sebagai pelindung dari hiruk pikuk kerasnya dunia. Karna dulu, aku sama sekali tidak mengenal kerasnya dunia luar.

Ada hal lain yang membuatku berbeda. Ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa aku tidak boleh diam di tempat. Aku harus maju dan tidak boleh balik kanan. Mungkin maksudnya, dia tidak ingin aku payah karena saat itu aku mendapatkan beasiswa namun tidak aktif dalam Organisasi.
Dulu, aku hanya punya satu UKM; Angklung.

Dia pamit, namun sempat mengatakan akan kembali. Alasannya agar aku bisa lebih mengembangkan diriku di Kampus. Dan pikiranku tidak selalu tentangnya. Hehehe. Atau dia, dia tidak ingin terganggu oleh sikapku atau bahkan... Keberadaanku? Ehehe.

Aku masih ingat ketika hari yang tak ku sangka itu tiba. Sedikit lebay memang karna dulu masih semester 1 dan sekarang aku semester 5 :(
Kehilangan itu memang ada...
Beberapa bulan berlalu. Pedih memang. Perih tentu. Sesak pasti.

Aku akan berubah. Aku bicara sekeras mungkin pada diriku. Aku harus menyibukkan diri.
Aku mencoba melangkah perlahan, benar-benar perlahan. Karna aku juga tak ingin luka yang kian mengering, harus kembali basah.

Aku mencoba aktif dalam organisasi. Aku memang harus sibuk, harus punya pelampiasan agar luka kehilangan itu cepat pulih.
UKM yang aku tuju kala itu adalah HIMA PGPAUD. Karena aku mendengar dari segelintir orang bahwa Mahasiswa yang masuk HIMA akan dikenalkan dengan berjam-jam rapat. --Aku tidak terbiasa dengan rapat-- Ketika SMA saja aku hanya masuk ekskul Keagamaan itu pun jarang rapat, paling dua minggu sekali. Tapi sekarang, rapat bisa saja tiap pulang kampus.

Setelah beberapa penyeleksian dan wawancara, aku masuk dalam Departemen Keagamaan dan Pendidikan. Sedikit berat, karna aku menjadi Ketua. Ini organisasi besar, sedangkan aku belum ada pengalaman.

Kemudian aku lebih rajin latihan angklung, karna saat itu di Tasik akan ada Festival Angklung. Dua bulan latihan, aku pun jarang untuk mudik. Wajar, karna kunci yang harus kita hapalkan 10 lagu.
Selama luka itu belum sembuh, aku terus mencari kesibukan. Yang terakhir aku masuk UKM Al-Qur'an. Daftar pun paling terakhir, alhamdulillah ketua nya baik. Dan aku menjadi Pengurus DPPO.

Kaget, memang. Dalam satu hari kadang rapat selalu bentrok.
Terlihat aneh bagi anak-anak di kosan. Karena paling sore aku pulang maghrib dan itu pun hanya karna ada matkul bukan organisasi atau lainnya.
Aku pernah pulang jam 12 malam hanya untuk latihan angklung dan besoknya ada kuliah jam 7.30.

Aku bahkan tidak bisa menemukan diriku yang dulu. Tapi aku rindu... Males-malesan di kosan. Namun kini ada tanggung jawab lain yang harus aku kerjakan:")
Semenjak kehilangan... Aku semakin sering menulis puisi di buku harian, menulis kisah tentang diriku sendiri. Selama libur aku lebih fokus pada menulis. Ini satu-satunya pelampiasan ketika libur rapat.

Perlahan, kehilangan itu bisa aku singkirkan. Namun benar-benar perlahan tapi sampai saat ini pun... Pedih itu masih ada. Meskipun aku sudah melampiaskan dengan banyak kegiatan. Hehehe.
Perihal menulis, aku sering mengirimkan puisi untuk lomba online. Sudah ada 6 puisi --dengan tema berbeda-- yang aku kirimkan tapi yang terpilih sampai final hanya satu puisi:") itu pun yang daftar lebih dari 800 orang. Di seleksi hanya sampai 670. Dan aku ada di urutan 660. Tapi alhamdulillah, ini pengalaman.
Di kampus juga aku pernah menulis puisi, meskipun ini bukan lomba tapi alhamdulillah karya ku terpilih untuk di buku kan.

Hal yang tak di sangka yaitu aku bisa menjadi Juri Lomba Puisi dan Juri Pildacil. Aku memang tidak punya bekal apapun, tapi ini pengalaman luar biasa. Bagaimana rasanya di hormati sebagai juri.
Aku tidak akan seperti ini jika aku tidak mengenal kehilangan. Hehehe.

Terimakasih untuk seseorang yang membuat ku menjadi lebih aktif dalam Organisasi, membuatku menjadi sangat sangat menemukan kenyamanan ketika menulis, --Bahkan kini duniaku menulis, bukan lagi tentangmu. hehehe-- membuatku lebih merasakan pengalaman yang aku pun tidak menyangka akan mendapatkan pengalaman sehebat ini.
Meskipun selama perjalanan kau ada namun seperti tidak ada, tapi ini pertama kalinya aku bisa bercerita, untukmu.
Terimakasih. Tapi, kau pergi untuk kembali, bukan?

Comments