Yang ku nikmati pagi ini adalah bau hujan dan bau tanah. Kali
ini ketika ku menulis cuaca sangat tenang, sangat menyejukan. Membuat siapapun
yang mencintai hujan akan merasa tenang –tidak semua memang-.
Bagiku, ada bahagia lain ketika menulis lalu ditemani hujan.
Inspirasiku lebih berkembang ketika hujan. –Aiiih-
Ada perasaan menggelitik ketika mendengar suara hujan, perasaan yang sebenarnya tak harus ku nikmati ketika hujan.
Namun, hujan kali ini berbeda, ia datang di awal Juni ketika aku sedang berusaha untuk menetralkan sebuah rasa.
Ada perasaan menggelitik ketika mendengar suara hujan, perasaan yang sebenarnya tak harus ku nikmati ketika hujan.
Namun, hujan kali ini berbeda, ia datang di awal Juni ketika aku sedang berusaha untuk menetralkan sebuah rasa.
Indah, ketika yang ku dengar hanya suara hujan dan aku. . .
. . Menulis. Dengan berbagai aksara yang selalu ada aktor di dalamnya. Namun,
sekarang tidak akan ku ceritakan tentang siapapun.
Karena seharusnya aku memang tidak terlalu perasa pada hujan.
Kadang aku merasa tenang ketika hujan datang, namun tak bisa ku pungkiri ketika
hujan mulai datang dengan perlahan, luka yang kian kering, –mungkin- kau
kira telah pulih itu ternyata hanya tertutup plester warna kulit, sekali tak
sengaja tersentuh, berdarah lagi.
Comments
Post a Comment